Entri Populer

Selasa, 08 Februari 2011

bagaimana kalo wanita bekerja ya??


 Dizaman seperti sekarang ini, orang maklum dengan ibu yang bekerja. Konon kebutuhan hiduplah yang menjadi pemicunya. Penghasilan suami tidak sepenuhnya memenuhi keseluruhan kebutuhan hidup keluarga (atau mungkin kebutuhan sang istri??). Hari ini, kebutuhan rumah tangga memang mahal. Pernah dalam sebuah situs, ada yang menghitung jumlah uang yang diperlukan bagi setiap keluarga baru (dalam artian berarti bagi lelaki lajang yang ingin menikah, inilah gaji wajib minimal mereka) adalah Rp 1.800.000 sudah termasuk biaya kontrakan, listrik, pulsa, ongkos, dan lain-lain. Tapi tidak termasuk makan direstoran, nonton bioskop dan kesenangan lainnya. Dan sebagai catatan, hitungan ini untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya menurut saya. Ini belum termasuk biaya sekolah anak beserta keperluan lainnya, dalam artian ya memang hitung-hitungan buat pasangan baru. Hufft…….
Kemudian, kembali ke ibu bekerja. Bolehkan kita membedakan dengan istri yang bekerja? Menurut saya boleh-boleh saja. Pembedaannya kita sepakati, menyebut ibu bekerja berarti telah memiliki anak, sedangkan istri bekerja belum memiliki anak. Karena ada pembedaan tanggung jawab disini, dimana sang ibu pastilah memiliki tanggung jawab yang lebih. Istri bertanggung jawab terhadap rumah tangga dan suaminya, tetapi ibu juga bertanggungjawab terhadap anak-anaknya.
Kenapa saya menulis tentang ini? Ada keresahan tersendiri mengenai masalah ini, juga masih sekedar share tentang rencana saya nanti. Dengan profesi saya sebagai pengajar ditingkat SMA, saya banyak melihat anak-anak dari pola asuh yang berbeda dengan kondisi keluarga yang bermacam-macam pula, dan dalam hal ini juga melihat apakah ibu mereka bekerja atau tidak. Hasilnya adalah pembelajaran bagi saya. Dari melihat-lihat sekitar, akhirnya saya memutuskan: menjadi pekerja, ataupun ibu rumah tangga adalah masalah kesiapan terhadap tanggungjawab. Ada ataupun tidak ada dirumah, semua tanggung jawab sebagai ibu sekaligus istri haruslah terpenuhi. Tidak bekerja tetapi tidak mengurus rumah tangga dengan baik ya salah, bekerja namun urusan rumah tangga beres, ya itu bagus, dan tetap saja jika tidak ada tuntutan lebih untuk bekerja, pilihan dirumah mengurus rumah tangga dengan bertanggungjawab menggunakan ilmu dan kasih saying alangkah baiknya. ^^
Berikut adalah pandangan islam mengenai wanita bekerja: http://www.riska.or.id/Fiqih/fiqh-kontemporer-hukum-wanita-bekerja.html
Jika memang bekerja dipilih sebagai alternative yang harus dijalani, maka ada beberapa hal yang patut diperhatikan agar rumah tangga tetap terurus, begitupun pendidikan anak. Ibu yang bekerja di luar rumah harus bijaksana mengatur waktu. Bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga memang sangat mulia, tetapi tetap harus diingat bahwa tugas utama seorang ibu adalah mengatur rumah tangga. Ibu yang harus berangkat bekerja pagi hari dan pulang pada sore hari tetap harus meluangkan waktu untuk berkomunikasi, bercanda, memeriksa tugas-tugas sekolahnya meskipun ibu sangat capek setelah seharian bekerja di luar rumah. Tetapi pengorbanan tersebut akan menjadi suatu kebahagiaan jika melihat anak-anaknya bertumbuh menjadi pribadi yang kuat dan stabil. Karena pada dasarnya, yang dibutuhkan seorang anak adalah kasih saying, kepercayaan dan perhatian, bukan sekedar materi saja. Terlebih lagi jika anak usia 0-5 tahun, the golden age. Masa tanam orangtua pada anak ada dalam rentang usia ini. Dan perkembangan selanjutnya hanya melanjutkan dari apa yang sudah orangtua tanamkan sejak dini. Semoga menjadi ibu dan istri yang baik, dan menghasilkan generasi bangsa unggulan… ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar