Entri Populer

Minggu, 13 Februari 2011

Manajemen waktu = Me time (bagi para ibu)


Ahad, 13 Februari 2011

Tidak banyak yang saya lakukan, karena dirumah memang lagi banyak orang. Kami kehadiran anggota keluarga baru. Selamat datang Athifah Nurul Khalisah. ^^ Disaat sedang tamu-tamu berbincang itulah saya menemukan buku, agenda sebenarnya. Kalau dilihat dari sampulnya, ini adalah hadiah dari susu Dancow dan majalah Ayahbunda. (saya akan menyimpannya selalu...)

Membaca itu, saya pikir ini benar2 buku agendanya para ibu banget. Disetiap halamannya, dituliskan semacam kata-kata bermakna, dan itu berbeda tiap halamannya. Saya pikir sipenulis niat banget membuat agenda ini, saking banyaknya kata-kata dari berbagai tokoh. Disana juga dituliskan berbagai tips bagi para ibu dalam menjalankan perannya. Cocok sekali judulnya:” Embracing Motherhood”. Bagi yang memilikinya, selamat menerapkan dan saya yakin anda akan menjadi ibu yang luar biasa...

Nah, saya akan berbagi satu artikel yang ada didalamnya. Saking banyaknya tugas seorang ibu, kadang ia kekurangan waktu untuk dirinya sendiri. Tenang, sebenernya itu bisa kok diatasi. ^^ Meskipun saya belum bisa menerapkannya, saya tuliskan dulu aja. Dan suatu hari nanti pasti akan sangat berguna untuk diri saya sendiri karena ini bagus sekali untuk digunakan bagi para istri sekaligus ibu.

Baiklah, apakah anda merasa selalu kehabisan waktu dan tidak bisa bersantai? Padahal ingin sekali memanjakan diri dengan bercreambath-ria atau sekedar kumpul bareng teman-teman “seperjuangan” dulu??
Tenang, kelola waktu lebih efektif dan efisien dengan tips berikut!

  1. Buat Jadwal
    Bagi tugas-tugas rumah tangga ke dalam jangka waktu harian, tiga harian, mingguan atau bulanan. Misalnya, membersihkan kamar setiap hari, mencuci pakaian dua hari sekali, dan berbelanja satu pekan sekali. Dengan penjadwalan, penggunaan waktu akan lebih efisien, anda pun tidak kewalahan. Biasakan membuat to do list setiap hari dan beri tanda cek untuk tugas yang sudah diselesaikan. Jika ada tugas yang tidak selesai, cermati penyebabnya, apakah karena ada gangguan seperti ada tamu yang berkunjung dan itu cukup menyita waktu, atau anda kelelahan. Dengan mengetahui penyebab tugas tidak selesai, daftar tugas esok hari dapat dibuat dengan lebih realistis. Untuk tahap ini, kita sudah menghemat waktu selama 30 Menit.

  1. Fokus pada 'wilayah Bermasalah'
    Maksudnya adalah kita perlu mencurahkan ekstra perhatian pada area dirumah yang cepat kotor atau berantakan meski baru dibersihkan. Misalnya seperti ruang bermain, kamar tidur, kamar mandi dan dapur. Bersihkan daerah itu setiap hari dan jangan ditunda, karena bila ditunda bisa semakin kotor sehingga sulit dan butuh waktu lebih lama untuk membersihkan. Selalu sediakan keset dan mintalah kepada anggota keluarga atau siapapun yang datang kerumah kita untuk melepaskan alas kakinya. Dengan begitu, kita sudah meminimalisir kotornya lantai rumah.
    Hemat Waktu : 15 menit

  1. Organisir Perkakas
    Kategorikan benda-benda sesuai dengan fungsinya, misalnya satu kontainer untuk peralatan bersih-bersih, satu kontainer untuk alat tulis dan atau alat-alat lainnya. (agak hiperbol memang penggunaan kata-katanya ^^). setelah itu, letakkan ditempat yang anda kuasai. Dengan cara itu, para ibu tidak perlu membuang waktu untuk mencari-cari benda. Alangkah baiknya jika diinformasikan kepada anggota keluarga lainnya dan minta mereka untuk mengembalikan benda ke tempatnya semula setelah digunakan.
    Hemat waktu : 10 menit

  1. Belanja seminggu sekali
    Sebelum belanja, dahului dengan membuat daftar belanja dan memilih swalayan yang komplit agar tidak perlu pergi ke toko yang lain. Beli kebutuhan dalam jumlah yang banyak sekaligus. Cara itu lebih hemat waktu, tenaga, bensin dan uang daripada bolak-balik ke pasar 2-3 kali per minggu. Pelajari cara menyimpan makanan agar bisa membeli bahan makanan untuk satu pekan.
    Hemat Waktu: 30 menit

  1. Beli barang – barang tidak terduga saat berbelanja mingguan.
    Ketika berbelanja, belilah bola lampu lampu cadangan, kado ulangtahun dan kertas kado. Dengan cara ini, anda tidak perlu berbelanja ditengah minggu hanya untuk membeli satu benda.
    Hemat Waktu : 30 menit

  1. Memasak dalam jumlah banyak dan simpan
    Buatlah lauk pauk dan bumbu dalam jumlah banyak, misalnya rendang, ayam/daging/ikan yang diungkep atau saos bolognaise. Untuk menghindari pemanasan berulang, simpan diwadah-wadah berukuran satu kali makan dan taruh di freezer. Pada jam makan, tinggal menambah tumis atau sayur rebus. Adanya stok makanan juga mencegah jajan atau membeli fastfood saat anda sedang malas memasak.
    Hemat waktu : 30 menit

  1. Libatkan keluarga dalam mengerjakan tugas-tugas rumah tangga
    Anak-anak 3 tahun keatas, sudah bisa dilibatkan untuk membantu pekerjaaan seorang ibu, lho.... Membantunya dengan cara misalnya diminta mandi sendiri, berpakaian sendiri, makan sendiri, membereskan mainannya, atau membawa bekas makanannya ke dapur. Tingkatkan tanggung jawabnya lebih luas lagi sesuaikan dengan kemampuannya. Misalnya seperti menyiapkan roti atau sereal sarapannya sendiri, melipat kaus kaki dan membantu anda mengangkat jemuran. Selain meringankan tugas anda, itu juga membantu anak belajar tentang tanggungjawab, melatihnya kerjasama dan membangun solidaritas.
    Hemat waktu : 10 menit

  1. Manfaatkan online
    Di era internet seperti sekarang, manfaatkanlah untuk membayar listrik, PAM, telepon dan lainnya sehingga tidak perlu buang waktu dan tenaga untuk pergi dan mengantri di ATM.
    Hemat waktu : 10 menit

  1. Kerjakan bersama
    da beberapa pekerjaan yang bisa dilakukan bersamaan. Misalnya menyiapkan masakan saat mesin cuci bekerja, membersihkan kamar mandi saat anda mandi, melakukan transaksi online banking saat menunggu anak disekolah, dan sebagainya.
    Hemat waktu : 10 menit

Bagaimana tips diatas? Sangat menarik untuk diterapkan kan?? Nah, ketika semua sudah terorganisir, banyak ibu yang akan memiliki waktu luang untuk dirinya sendiri. Catatan: hemat waktu yang tertulis, bisa berbeda di setiap orang. Oke, selamat menjadi ibu yang cermat... ^^

Selasa, 08 Februari 2011

bagaimana kalo wanita bekerja ya??


 Dizaman seperti sekarang ini, orang maklum dengan ibu yang bekerja. Konon kebutuhan hiduplah yang menjadi pemicunya. Penghasilan suami tidak sepenuhnya memenuhi keseluruhan kebutuhan hidup keluarga (atau mungkin kebutuhan sang istri??). Hari ini, kebutuhan rumah tangga memang mahal. Pernah dalam sebuah situs, ada yang menghitung jumlah uang yang diperlukan bagi setiap keluarga baru (dalam artian berarti bagi lelaki lajang yang ingin menikah, inilah gaji wajib minimal mereka) adalah Rp 1.800.000 sudah termasuk biaya kontrakan, listrik, pulsa, ongkos, dan lain-lain. Tapi tidak termasuk makan direstoran, nonton bioskop dan kesenangan lainnya. Dan sebagai catatan, hitungan ini untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya menurut saya. Ini belum termasuk biaya sekolah anak beserta keperluan lainnya, dalam artian ya memang hitung-hitungan buat pasangan baru. Hufft…….
Kemudian, kembali ke ibu bekerja. Bolehkan kita membedakan dengan istri yang bekerja? Menurut saya boleh-boleh saja. Pembedaannya kita sepakati, menyebut ibu bekerja berarti telah memiliki anak, sedangkan istri bekerja belum memiliki anak. Karena ada pembedaan tanggung jawab disini, dimana sang ibu pastilah memiliki tanggung jawab yang lebih. Istri bertanggung jawab terhadap rumah tangga dan suaminya, tetapi ibu juga bertanggungjawab terhadap anak-anaknya.
Kenapa saya menulis tentang ini? Ada keresahan tersendiri mengenai masalah ini, juga masih sekedar share tentang rencana saya nanti. Dengan profesi saya sebagai pengajar ditingkat SMA, saya banyak melihat anak-anak dari pola asuh yang berbeda dengan kondisi keluarga yang bermacam-macam pula, dan dalam hal ini juga melihat apakah ibu mereka bekerja atau tidak. Hasilnya adalah pembelajaran bagi saya. Dari melihat-lihat sekitar, akhirnya saya memutuskan: menjadi pekerja, ataupun ibu rumah tangga adalah masalah kesiapan terhadap tanggungjawab. Ada ataupun tidak ada dirumah, semua tanggung jawab sebagai ibu sekaligus istri haruslah terpenuhi. Tidak bekerja tetapi tidak mengurus rumah tangga dengan baik ya salah, bekerja namun urusan rumah tangga beres, ya itu bagus, dan tetap saja jika tidak ada tuntutan lebih untuk bekerja, pilihan dirumah mengurus rumah tangga dengan bertanggungjawab menggunakan ilmu dan kasih saying alangkah baiknya. ^^
Berikut adalah pandangan islam mengenai wanita bekerja: http://www.riska.or.id/Fiqih/fiqh-kontemporer-hukum-wanita-bekerja.html
Jika memang bekerja dipilih sebagai alternative yang harus dijalani, maka ada beberapa hal yang patut diperhatikan agar rumah tangga tetap terurus, begitupun pendidikan anak. Ibu yang bekerja di luar rumah harus bijaksana mengatur waktu. Bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga memang sangat mulia, tetapi tetap harus diingat bahwa tugas utama seorang ibu adalah mengatur rumah tangga. Ibu yang harus berangkat bekerja pagi hari dan pulang pada sore hari tetap harus meluangkan waktu untuk berkomunikasi, bercanda, memeriksa tugas-tugas sekolahnya meskipun ibu sangat capek setelah seharian bekerja di luar rumah. Tetapi pengorbanan tersebut akan menjadi suatu kebahagiaan jika melihat anak-anaknya bertumbuh menjadi pribadi yang kuat dan stabil. Karena pada dasarnya, yang dibutuhkan seorang anak adalah kasih saying, kepercayaan dan perhatian, bukan sekedar materi saja. Terlebih lagi jika anak usia 0-5 tahun, the golden age. Masa tanam orangtua pada anak ada dalam rentang usia ini. Dan perkembangan selanjutnya hanya melanjutkan dari apa yang sudah orangtua tanamkan sejak dini. Semoga menjadi ibu dan istri yang baik, dan menghasilkan generasi bangsa unggulan… ^^

Senin, 07 Februari 2011

Mencoba mendisiplinkan diri


Beberapa waktu terakhir, saya merasa sangat tidak disiplin dengan apa yang telah saya rencanakan. Meskipun memang tidak membuat saya datang terlambat ke tempat bekerja saya di SMK Nasional, tapi pada beberapa kegiatan yang baik dan mestinya saya lakukan tapi justru kebalikannya, dan hal ini berdampak buruk. Saya menjadi indisiplin. Saya dapat menganalisa penyebabnya, tapi sulit keluar dari masalahnya. dan ini buruk. Untuk itu haruslah segera diselesaikan agar tidak berkepanjangan..

Berawal dari kesalahan daftar paket internet, dalam waktu yang singkat saja saya sudah menghabiskan uang Rp 70ribu. Bukan uang yang sangat besar memang, tapi ini cukup membuat saya sadar betapa kacaunya kontrol diri saya. Mulai dari financial, akhirnya merenung ke aspek yang lain...

oke, saya akan menganggap ini sebagai sebuah teguran, dan saya bersyukur Allah SWT masih mengingatkan. Bismillah, saya akan memulainya.....

kemudian saya hanya tau bahwa saya perlu menghentikannya, dan belum menentukan hukuman apa yang perlu saya berikan pada diri ini sampai seorang sahabat didunia maya menanyakan hukuman apa. Dan kemudian otak saya dengan cepat menuliskan 3 hal: no internet connection at night (for a month), have to read a book in a week, and should not buying food (in resto). Sementara ketiga hal ini akan menyibukkan saya dalam sebulan. Sebenarnya ia juga menyarankan untuk menulis tentang psikologi dalam blog saya ini. Ide yang bagus...... ^^

Baiklah, bagi kawan-kawan yang mungkin mengalami masalah yang sama tentang indisipliner ini, ada beberapa tips yang bisa digunakan to make us in our track ^^. tips ini diambil dari berbagai sumber, dan silahkan pilih mana yang sesuai dengan diri kalian masing-masing....

-------------
Disiplin adalah suatu latihan pikiran. Jika alarm berbunyi pada pagi hari dan anda malah menarik selimut menutupi kepala anda, maka anda sedang melatih pikiran anda untuk tidak disiplin.



  1. Harus ada niat buat mematuhi apa yg kita rencanakan.
    Bagaimana pun segala sesuatunya harus bermula dari niat yang baik, jadi berusahalah untuk memiliki niat yang kuat untuk berubah menjadi disiplin

2. Jadikan disiplin adalah sebuah permainan.
Disiplin menunjukkan pikiran yang dibiasakan. Anda tidak bisa mengharapkan diri anda tiba-tiba disiplin. Disiplin bukanlah sesuatu yang bisa dinyalakan atau dimatikan. Ia adalah otot pikiran yang perlu dilatih dan dibiasakan.
Buatlah sebuah komitmen untuk melakukan sesuatu setiap hari. Tentukan sebuah hukuman jika anda gagal. Ingatlah, jangan dibiasakan untuk mentoleransi kegagalan anda dalam melakukan komitmen tersebut karena bila dibiasakan maka anda tetap akan menjadi “disiplin,” namun dalam hal ini “disiplin menunda sesuatu.”



3.. Jangan gunakan kegagalan sebagai alasan untuk menurunkan disiplin, segeralah kembali ke jalur secepatnya.
Disiplin bukanlah hal yang dilakukan sekali saja. Ia mesti dilakukan secara terus menerus agar terbiasa. Sebagai manusia tentu kita tak luput dari kesalahan. Pada suatu waktu kita pasti tergelincir dan tidak disiplin. Apabila seperti itu maka segeralah kembali ke jalur, jangan ditunda.
Sekali anda mempunyai sasaran yang jelas dalam pikiran, dengan gangguan yang minimal, maka disiplin akan menjadi mudah.
  1. Berikan Reward
    jika kamu sudah menjalankan rencana atau agenda atau bahkan mendapatkan target yang sudah ditentukan, bolehlah memberikan reward kepada diri sendiri, minimal dengan memberikan pujian seperti: ternyata aku mampu menjadi orang yang disiplin. Tapi jangan memberikan kesenangan berlebihan, khawatir membuat kamu jadi terlena lagi....

Demikianlah, sangat berharap ini mampu membuat saya kembali pada jalur yang benar.... ^^